Selasa, 08 November 2011

KEDUDUKAN DAN RELEVANSI ALKITAB DALAM DUNIA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI PADA MASA KINI


BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1991 dunia digemparkan oleh berita bahwa Perancis telah menghasilkan kereta rel tercepat di dunia yang diberi nama Train de Grand Vitesse ( TGV ), yang mampu melaju dengan kecepatan 300 Km/Jam hingga 513 Km/Jam. TGV Perancis ini menggambarkan betapa Ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) telah berkembang dengan pesat pada beberapa dekade terakhir ini.
Dalam kenyataannya, di satu pihak memang Ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) dan produk-produknya telah banyak memberikan manfaat, kemudahan, kenyamanan, kesenangan, dan menolong kehidupan umat manusia.  Namun di pihak lain, manusia perlu menyadari bahwa sejak lahirnya, Ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK )  juga selalu membawa pengaruh, akibat-akibat, dan risiko-risiko negatip yang tidak kecil nilainya, bahkan sering harus dibayar berlipat dari nilai produk Ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK )  itu sendiri.
Ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) dan Alkitab tidaklah saling bertentangan, justru kehadiran kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) membantu orang percaya untuk lebih percaya kesaksian tertulis dalam Alkitab yang terjadi di masa lalu. Contohnya sekarang ini ialah, bahwa dengan informasi melalui Alkitab para arkeolog terbantu dalam penggalian atau penemuan-penemuan situs sejarah yang ada di Timur Tengah. Disini terlihat bahwa Alkitab relevan dalam dunia perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) dan juga membangun iman yang relevan kepada jemaat karena dengan penemuan-penemuan tersebut, orang percaya semakin giat lagi dalam kepercayaannya. Hal ini merupakan bukti keaslian bahwa apa yang diinformasikan oleh Alkitab benar adanya dan hal inilah yang membangun iman yang relevan terhdap jemaat Tuhan pada masa kini.
Dalam penulisan makalah ini penulis membahas hanya seputar kedudukan dan relevansi Alkitab dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi serta hubungan dan pengaruhnya terhadap iman Kristen pada masa kini
BAB II
KEDUDUKAN DAN RELEVANSI ALKITAB
DALAM DUNIA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI PADA MASA KINI

I. Sejarah hubungan iman Kristen dengan ilmu pengetahuan
Manusia mulai merenungkan dirinya diluar Allah sejak masa Renaissance pada abad 15-16 dan pada abad 17-18 ratio menjadi dasar pengukuran objek-objek ciptaan, hal ini bertolak-belakang dengan pandangan sebelumnya, dimana Alkitab dan Wahyu Allah yang dijadikan tolak ukur dari ciptaan. Lebih jauh lagi, terjadi konflik antara iman Kristen dan ilmu pengetahuan. Ditengah situasi ini banyak orang Kristen yang menjauhi gereja, tetapi tidak sedikit juga orang Kristen yang mau membela kebenaran dari Alkitab. Sampai dengan sekarang tetap dirasakan adanya perseteruan antara keduanya.
Agama sendiri merupakan ilmu pengetahuan keduanya tidak perlu dipertentangkan. Dalam agama Kristen ada dua sikap terhadap ilmu pengetahuan yang pertama, menolak segala perkembangan ilmu pengetahuan, sikap kedua, menerima dan mencerna setiap perkembangan, tanpa melihat pandangan agamanya. Kedua sikap ini tidak bermanfaat dalam memecahkan persoalan yang ada.
“Alfred North Whitehead ( 1861-1974 ), agama dan IPTEK merupakan dua kekuatan yang besar di dunia yang secara hebat mempengaruhi manusia.”[1] Agama Kristen dengan ilmu pengetahuan teknologi dapat saling menopang satu sama lain, sebaliknya dapat menjadi berlawanan, dimana seringkali ilmu pengetahuan menyerang ajaran-ajaran fundamental dalam agama yang dapr mengoyahkan iman percaya Kristen.
Agama mengalami pergeseran cara pemahaman yang diakibatkan oleh ilmu pengetahuan. Alkitab yang tidak pernah berubah, tetapi dibaca oleh orang-orang yang yang tidak sama cara pemikirannya dari zaman ke zaman. Jalan tengah antara iman Kristen dan ilmu pengetahuan adalah, Iman tidak harus bersaing dengan
penjelasan ilmu, iman bukanlah suatu teknologi supranatural, dan dibantu dengan pemikiran: bagaimana mungkin suatu ciptaan dapat mengerti akan Penciptanya (Allah) yang telah menjadikan segala sesuatunya ada sebelum manusia ada. Lalu Bagaimanakah orang Kristen bersikap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi?
Apakah menerima atau menolak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi?
Ada yang menolak dan tidak sedikit yang menerima teknologi. Penolakan terjadi karena beranggapan hidup sederhana merupakan pola hidup yang paling cocok untuk manusia, sedangkan bagi yang pro terhadap teknologi mengganggap teknologi mengambil peranan penting dalam hidup serta bagi masa depan manusia. Lebih jauh terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, iptek dapat menjadi suatu ‘agama’ bila kita tidak menyadari konsep IPTEK yang sebenarnya dan peranannya dalam hidup
manusia (dapat menentukan baik/ buruknya hidup manusia).
II. Sejarah Perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman
“1. Zaman gereja mula-mula Pada masa ini belum ada persoalan mengenai iman dan akal budi/ ilmu pengetahuan. Seiring perkembangannya, muncul golongan Gnostik, Montanus, Marcion, mereka merupakan golongan yang
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai pasal-pasal iman, dan hal itu hanya sebatas pengajaran. Otoritas Alkitab belum dipermasalahkan pada masa ini.
2. Zaman sholastik Mulanya universitas (di Eropa) memiliki hubungan dengan gereja maupun teologi, namun akhirnya lepas dari gereja dan teologi. Sejak masa itu terjadi masalah antara iman dan akal budi. Sebagai
contoh kita melihat pendapat tokoh yang ada pada saat itu, seperti Anselmus (1033-1109) uskup besar Canterburry, berpendapat Credo ut Inteligam artinya aku percaya maka aku mengerti. Pandangan yang bertolak belakang dengan perkataannya diutarakan oleh Petrus Abelardus (1079-1142) yaitu aku
mengerti agar aku percaya. Dari kedua pandangan tersebut sudah dapat kita ketahui telah adanya perbedaan pandangan yang sangat mendasar sekali dalam lingkungan Kristen sekali pun. Thomas Aquinas (1225-1274) menggabunkan teologi Agustinus dengan fisafat Aristoteles, hal ini
mengakibatkan teologia Wahyu menjadi teologia alamiah (naturalis), yang beranggapan bahwa manusia mampu memikirkan hikmah ilahi hanya pemikiran itu belum sempurna dan memerlukan rahmat Allah. Pandangan dari zaman ini akhirnya ditinggalkan, karena orang menganggap ini hanyalah sebuah
permainan pikiran yang didalamnya terdapat berbagai macam pandangan oleh para tokoh. Kurang bermanfaat bagi hubungan antara iman dan keKristenan dengan akal budi dan pengetahuan.
3. Zaman renaissance. Manusia sudah mengembangkan pikirannya secara bebas, terutama pemikiran dan penyelidikan mengenai alam semesta. Nicholas Copernicus (1473-1543) berhasil mengeser teori geocentrisnya Plotomeus,dengan mengeluarkan teori heliocentis, hal ini pun dapat menjadi penggoyah kepercayaan
orang terhadap gereja dan otoritas Alkitab sendiri pun dipertanyakan. Pada masa ini juga terjadi reformasi gereja, yang dicetuskan oleh Martin Luther dan John Calvin.
4. Zaman rasionalisme. Pada zaman ini ratio menjadi tolak ukur secara mutlak atas kehidupan manusia. Secara terbuka terlihat perseteruan antara iman dan akal budi. Zaman ini juga dikenal sebagai zaman kenbangkitan
Ilmu Pengetahuan Alam. Beberapa tokoh yang ada pada zaman ini, G.W. Leibniz (1646-1716) penemu infinitisimal Calculus bersama dengan Isaac Newton (1642-1727), Blaise Pascal (1523-1662) seorang ahli matematika,menyadari bahwa kebenaran kristen lebih dalam daripada argumen-argumen logika
manusia. Auguste Comte (1798-1857) membagi perkembangan teologis manusia dalam tiga tahapan yaitu teologis, metafisis, dan scientific, dimana agama dianggap sesuatu yang sudah lalu.”[2] Pandangan Alkitab terhadap ilmu pengetahuan.
• Sumber IPTEK adalah Allah
Alkitab mengatakan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Amsal 1:5). Dari ayat ini kita bisa lihat bahwa Allah sebenarnya menghendaki kita manusia untuk terus mengembangkan diri, menambah ilmu dan pengertian. Hal ini berarti bahwa kita tidak perlu menjauhi IPTEK tapi justru terus mengembangkannya
menjadi lebih baik lagi.
• IPTEK bagi kemuliaan Allah
Keluaran 35:30-36:1 mencatat bahwa Allah menunjuk orang-orang yang telah dipilihnya untuk membuat segala keperluan untuk membangun bait Allah. Kemudian Allah memperlengkapi merekadengan segala keahlian, pengertian dan pengetahuan dalam segala pekerjaan untuk membuat segala rancangan tentang bait Allah. Allah memberikan Rohnya untuk membuat mereka mampu  menyelesaikan pembangunan bait Allah seperti yang difirmankan-Nya (ayat 31). Melalui ayat ini kita tahu bahwa sumber segala pengetahuan dan keahlian adalah Allah. Dan semua itu dipakai untuk melakukan kehendak-Nya (Kel 36:1). Kejadian 11 :1-9 tentang pembangunan menara Babel menunjukkan betapa manusia begitu sombong dengan kemampuan yang dimiliki. Mereka menggunakan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk mencari nama, membangun kota dengan menara sampai ke langit supaya Tuhan tidak menyerakkan manusia ke seluruh bumi (ayat 4). Hal ini melawan kehendak Tuhan yang mengatakan bahwa manusia harus bertambah banyak memenuhi bumi (Kejadian 1:28). Karena itu Allah kemudian murka kepada manusia dan mengacaubalaukan bahasa dan menyerakkan manusia ke seluruh bumi sehingga pembangunan kota itu berhenti.
Sikap terhadap IPTEK Amsal 1:7 memberikan dasar bagi kita bagaimana harus bersikap terhadap perkembangan IPTEK. Takut Tuhan merupakan dasar pengertian yang benar tentang ilmu pengetahuan dan hikmat dari Tuhan
merupakan pegangan supaya kita tidak jatuh dalam pencobaan karena iptek.
Sering kali iblis memakai iptek untuk memperdaya kita melalui tipu muslihatnya. Internet, ponsel, televise, mobil, bahkan apapun bisa membuat kita jatuh dalam pencobaan. Apapun bentuk pencobaannya, sadar atau tidak sadar iptek sering kali membuat kita terlena. Efesus 6 : 10-17 membekali orang percaya untuk berperang melawan tipu muslihat iblis.
a.       Perisai iman dan ketopong keselamatan
Dengan keyakinan iman bahwa kita telah ditebus dari dosa dan diselamatkan maka kita telah menjadi milik Kristus seutuhnya. Iman kita menjadi perisai yang melindungi kita sehingga si jahat tidak akan dapat mengambil kita dari pada-Nya. Ketika kita berada dalam posisi sulit dalam pencobaan, kita tahu dan yakin Tuhan akan menyelamatkan kita karena kita adalah milik-Nya.
b.      Pedang Roh Firman Allah
Firman Allah menjadi pelita saat berjalan dalam dunia yang semakin gelap (119:105). Membaca firman Tuhan setiap hari membuat kita semakin mengerti kehendak Tuhan. Firman Tuhan yang tertanam dalam hati menjadi senjata bagi kita untuk melawan godaan-godaan dari si jahat. Bahkan orang yang merenungkan firman Tuhan siang dan malam akan bertumbuh dan berbuah seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air (Mzm 1: 1-3). Orang yang sungguh-sungguh merenungkan dan melakukan firman Tuhan bukan hanya menjaga dirinya dari dosa tapi juga menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Berdoa merupakan cara berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan. Dengan berdoa kita
mengundang campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Doa seperti peperangan roh, Roh Tuhan bekerja melawan si jahat, sementara kita diberi kekuatan untuk tetap bertahan dalam pencobaan dengan tetap memiliki damai sejahtera dari Tuhan.
Akhirnya “ kenakanlah sluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis” (Efesus 6:11).

III. Iman dan Ilmu pengetahuan dan teknologi
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Amsal 1:7) Sebagai orang Kristen, dan dalam terang iman kristiani, kita ini harus pro atau anti sama teknologi?
Pro atau anti sama ilmu pengetahuan? Pilih iman atau otak? Doktrin atau ilmu? Kenapa pertanyaan-pertanyaan itu perlu dipikirkan dan dijawab? Karena ada pendapat, semakin kita beriman, semakin sedikit kita pake otak kita. Beriman berarti menyangkali akal sehat, karena percaya kepada apa yang nggak masuk akal. Tentang asal-usul dunia ini, misalnya, orang beriman yakin bahwa Allah-lah yang menciptakannya dari tidak ada menjadi ada dengan firman-Nya. Kenapa? Karena Alkitab, firman
Allah yang tertulis, mengatakan demikian. Jadi , percaya saja. Sedangkan yang menggunakan otak tidak bisa terima pokok creatio ex nihilo. Yang masuk akal adalah apa yang ada sekarang terbentuk lewat sebuah proses, atau multi-proses, dari yang sudah ada sebelumnya. Stephen Hawking, contohnya, mengajukan teori Big-bang, Ledakan Besar, untuk menjelaskan terjadinya alam semesta ini. Sebenarnya, itu tidak lain dari teori kebetulan. Kalau pemikiran seperti itu iman berlawanan dengan otak bikin orang
Kristen sampai menjauhi IPTEK demi memelihara imannya, sungguh mengerikan! Karena itu berarti dunia iptek bakalan dikuasai oleh orang-orang ateis yang tidak beriman, yang nggak takut sama Tuhan. Sebaliknya, dunia Kekristenan cuma diisi oleh orang-orang yang picik dan fanatik, yang cuma mengikuti emosi, bukan akal sehat. Quo vadis, dunia? Quo vadis, Gereja? Lebih dari itu, sikap menjauhi IPTEK demi memelihara iman benar-benar berlawanan dengan firman Tuhan. Karena Alkitab sendiri berpesan, Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Amsal 1:5). Kalau begitu, bersikap
masa bodoh terhadap iptek, apalagi menjauhi dan menolaknya, berarti menolak firman Tuhan!
Orang Kristen justru harus menggunakan otak. menggunakan akal sehat dalam memahami segala sesuatu semaksimal mungkin. Yang membedakannya dengan orang yang tidak percaya sebenarnya sangat sederhana. Tapi mendasar. Orang Kristen waktu berpikir selalu melibatkan Allah, bukan cuma apa yang kelihatan dan terukur dengan panca-indera yang terbatas. Jadi, misalnya, antara orang percaya dan Stephen Hawking, bedanya sangat sederhana, namun mendasar.
 IV. IPTEK dalam Alkitab
Sebelumnya, kita perlu membedakan ilmu pengetahuan dari teknologi. “Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didasarkan atas fakta-fakta di mana pengujian kebenarannya diatur menurut suatu tingkah laku sistem. Sedangkan teknologi, berasal dari dua kata Yunani tekhne ( pekerjaan ) dan logos, berarti suatu studi peralatan, prosedur dan metode yang digunakan pada berbagai cabang industri.”[3] Dari pengertian ini bisa dilihat bahwa ilmu pengetahuan cenderung berpijak pada teori, sedangkan teknologi merupakan suatu ilmu terapan. Namun jika diselidiki dengan seksama maka  ditemukan adanya kesamaan, yaitu keduanya bersangkut-paut dengan ide manusia dan berobjek pada alam semesta.
“IPTEK sudah dimulai sejak zaman Alkitab atau sejak awal sejarah manusia. Secara filosofis, setelah kejatuhan ke dalam dosa, ide dan pemikiran manusia selalu dipengaruhi oleh dua kekuatan:  manusia dengan ide dan pemikiran yang telah dipulihkan oleh Allah atau ide dan pemikiran yang tetap dalam dosa.”[4] Dua pengaruh ini akan tampak terlihat pada tujuan dan karya-karya manusia dalam IPTEK.  Beberapa contoh dapat diketengahkan sebagai berikut:
Pertama, dalam sejarah air bah dengan jelas bahwa Allah memerintahkan Nuh membuat  kapal untuk  menyelamatkan ia dan keluarganya dari kebinasaan akibat air bah dan kebobrokan moral dunia pada waktu itu. Dimensi ruang dalam kapal ataupun bahan telah ditentukan oleh Allah (Kejadian 6:14-15). 
Kedua, ketika Musa diperintahkan untuk membuat Kemah Suci (Keluaran 25:9), Allah sendiri telah menjadi arsitek yang merencanakan ruang-ruang, dimensi dan bahan untuk kemah suci tersebut (Keluaran 25:1-27:21).  Kemudian kita membaca bahwa kemuliaan Allah memenuhi Kemah Suci tersebut (Keluaran 40:35).
Ketiga, tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raja-raja 7-8).  Dari contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa Allah tidak pernah menghalangi ataupun menutup segala perkembangan IPTEK.  Kita pun melihat dalam contoh-contoh ini bahwa setiap teknologi selalu di kaitkan dengan keselamatan dan maksud Allah terhadap manusia dan dunia. Akan tetapi di sisi lain, terlihat bahwa Allah juga menentang setiap penciptan teknologi yang bermotivasikan kebesaran diri, kelompok, ataupun bangsa.  Beberapa contoh dapat saya ketengahkan sebagai berikut:
Keempat, ketika Allah memporak-porandakan Babel (Kejadian 11:1-9), yang ditentang bukanlah pendirian kota dan menara Babelnya tapi motivasi mereka yang mencari nama dan ingin menyamai Allah (Kej 11:4).
Kelima, kemewahan, gemerlap teknologi di zaman Salomo dapat menyebabkan dia banyak mengoleksi wanita asing sehingga dia kemudian jatuh kepada penyembahan berhala (1 Raja-raja 11:1-13).
Keenam, Ketika murid-murid menunjuk pad bangunan Bait Suci, Yesus mengatakan bahwa bangunan tersebut akan diruntuhkan (Matius 24:1-2). 
Ketujuh, Tuhan Yesus juga menentang penyalahgunaan fungsi Bait Suci yang dibangun selama empat puluh enam tahun menjadi arena komersil (Yohanes 2:16).
Dari tinjauan Alkitab ini bisa disimpulkan bahwa IPTEK telah dimulai sejak awal sejarah manusia.  Manusia memiliki daya cipta IPTEK karena dia diciptakan sebagai gambar Allah dan sebagai pribadi yang berakal budi.  Allah sendiri adalah pencipta alam semesta, pendorong dan pencetus ide terhadap lahirnya IPTEK. Kita harus ingat bahwa Yesus sendiri adalah tukang kayu (Markus 5:3). Ia adalah seorang yang mengerti pondasi dan mekanika tanah (Matius 7:24-27).  Allah tidak pernah membatasi daya cipta dan kreasi manusia akan IPTEK. Namun perlu juga dicatat bahwa ide dan tujuan penciptaan IPTEK dan produknya oleh manusia akan dipengaruhi oleh pandangan-pandangannya terhadap Allah, manusia dan alam semesta.
 V. Hasil-hasil IPTEK dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Manusia
Secara ringkas dapat disebutkan hasil positip dan hasil negatif dari IPTEK.  Secara positip, hasil dan penemuan teknologi telah banyak memberikan manfaat dan kemudahan bagi umat manusia. Bila pada masa lalu seorang perencana bangunan bertingkat memerlukan  berhari-hari ataupun berbulan-bulan dalam melakukan perhitungan-perhitungan struktur, kini dengan bantuan software bisa dilakukan dengan waktu kurang dari seminggu dalam kondisi ketelitian dan ketepatan yang jauh lebih tinggi.  Demikian pula perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran telah banyak membantu analisis dan penangan pasien secara lebih tepat dan cermat.
Dengan perkembangan video, TV, antene parabola, satelit komunikasi, komunikasi antarkota, antarpulau dan bahkan antarbenua bukan merupakan suatu kesulitan yang besar.  Penginjilan pun dapat dilakukan dengan mudah memakai hasil-hasil teknologi tersebut.  Revolusi dalam teknologi transportasi seperti pesawat terbang, kereta listrik, kapal laut ataupun perkembangan mobil, telah memungkinkan suatu perjalanan yang cepat, aman dan nyaman.  Dunia rumah tangga juga mengalami terobosan teknologi yang revolusioner, alat dapur, mesin cuci sampai pemotong rumput telah banyak membantu manusia dalam menghemat waktu dan tenaga dalam tugas-tugas rumah tangga.
Namun demikian harus pula kita akui bahwa di samping keuntungan-keuntungan kita dapati pula kerugian-kerugiannya dari hasil perkembangan IPTEK. Beberapa krisis yang dapat timbul, misalnya, sebagai dampak IPTEK adalah:
Pertama, krisis sosial-ekonomi. Perkembangan teknologi yang cepat akan memacu para produsen untuk terus mengadakan pembaruan terhadap produknya agar mereka bisa menguasai pasar dan memiliki daya saing yang kuat di pasaran.  Ambilnya contoh suatu produk komputer dan software pada IBM-PC, hampir setiap tahun mereka selalu menawarkan pembaruan dan produk baru.  Akibatnya, masyarakat mau tidak mau juga harus dipacu untuk terus hidup mengikuti perkembangan teknologi.  Untuk mengikuti perkembangan teknologi perlu suatu biaya yang tidak kecil, sehingga hanya mereka yang memiliki finansial yang kuat sajalah yang akan dapat mengambil manfaat dari perkembangan teknologi tersebut.  Di sisi lain, kemajuan teknologi juga banyak mengurangi tenaga manusia untuk diganti dnegan tenaga mesin, sehingga krisis pengangguran menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suatu era teknologi.
Kedua, krisis media.  Kemajuan dalam setiap produk teknologi telah memungkinkan nilai-nilai yang amoral seperti ide-ide pornografi, kekejaman dan sadistis dapat disalurkan dan dinikmati melalui TV, video, disket komputer dan lain-lain, secara sempurna.  Kenyataan ini secara tidak langsung telah menawarkan model-model keriminalitas dalam suatu masyarakat, sehingga mereka didorong melakukan hal yang sama, sehingga, bukanlah hal yang mustahil bila masyarakat memasuki "nilai-nilai" yang disesuaikan dengan teknologi yang ada.  Sebagai contoh, hubungan seks tanpa nikah saat ini merupakan hal yang normal bagi masyarakat karena mereka banyak melihat model baik melalui koran, televisi ataupun film, baik dari luar maupun dalam negeri.  Lebih dari itu televisi menjadikan manusia memiliki hobi baru, yaitu sebagai penonton; sedangkan waktu-waktu utnuk berdoa, bekerja menjadi terabaikan karena acara-acara televisi lebih menarik perhatian.
Ketiga, krisis mental.  Manusia menjadi egois, tak pernah memperhatikan orang lain, memburu kemewahan dan kekayaan, memandang rendah agama.  Mentalitas lain yang berkembang dalam era teknologi saat ini adalah mental kompromi, suatu mental yang  menginginkan  berpijak  pada  dua dunia sekaligus.  Mentalitas yang menerima dan berbuat kenyataan yang salah meskipun dia mengetahui hal itu bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran.  Inilah suatu era di mana banyak orang Kristen kehilangan wajahnya sebagai orang percaya!”[5]
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa meskipun IPTEK terus berkembang dan moral masyarakat terus merosot  namun sifat dasar mereka masih tetap sama dengan apa yang dikatakan oleh firman Allah.  Ide dan produk manusia dalam era IPTEK ini tetap berada dalam dialektis dua pengaruh, pengaruh kebenaran dan ketidakbenaran, pengaruh kesucian dan dosa, tesis dan antitesis, sehingga relevansi Alkitab tidak pernah pudar, sebagaimana perkataan Tuhan Yesus, "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu" (Lukas 21:33).
Dalam menghadapi perkembangan IPTEK dan pengaruhnya, sikap Yesus kiranya menjadi model dari iman Kristen dalam menghadapi pembaharuan dan perubahan.  Yesus dalam menghadapi zaman tidak pernah kembali ke belakang, Ia selalu berpandangan ke depan, dan menerima perubahan dan pembaharuan (Matius 9:16-17).  Namun pandangan dan perbuatan Yesus tidak pernah mengubah kebenaran allah dan kompromi terhadap pandangan dunia.
Pengaruh kekristenan yang mendorong lahirnya IPTEK merupakan cermin sikap kristiani yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Allah kepada manusia sebagaiamana tertulis dalam Kejadian 1:28.  Pengaruh tersebut makin diperlukan dalam menghadapi era IPTEK saat ini, sehingga hal ini menjadi tanggung jawab setiap ilmuwan Kristen.  Lebih dari itu iman Kristen harus merupakan penyaring segala ide IPTEK yang bertentangan dengan iman Kristen.
Gaya hidup kristiani harus mempunyai sikap selektif, menahan diri untuk memilih dan memiliki produk-produk teknologi, agar tidak jatuh ke dalam sekularisme dan teologi kemakmuran.  Lebih dari itu, hidup kasih, yang makin ditinggalkan oleh manusia era IPTEK ini, pada kenyataannya justru makin diperlukan dan makin membawa kesejukan bila diterapkan pada masa kini.


DAFTAR PUSTAKA
1. Halim Sandy, Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni ( Universitas Tarumanegara  2004 )
2. Iman dan Iptek, 2009, http://gkimciumbuleuit.org
3. Ichwe G. Indra, Th.M., Dr. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Iman Kristen
4. GFresh edisi Mei 2003 No. 36, Temuan Ilmiah di Alkitab
5. Prof. James Barr, Alkitab di Dunia Modern, ( BPK Gunung Mulia: 1979, Jakarta Pusat)



[1] Halim Sandy, Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni ( Universitas Tarumanegara  2004 )

[2] Iman dan Iptek, 2009, http://gkimciumbuleuit.org

[3] Ichwe G. Indra, Th.M., Dr. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Iman Kristen
[4] GFresh edisi Mei 2003 No. 36, Temuan Ilmiah di Alkitab
[5] Prof. James Barr, Alkitab di Dunia Modern, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia: 1979)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar